Zonalabour.com, Bengkulu – Puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas Universitas Bengkulu (UNIB) mengikuti kegiatan Pembinaan Spiritual Mahasiswa yang berlangsung khidmat di Masjid Baitul Hikmah. Acara ini menghadirkan dua narasumber inspiratif: Ustadz Saeed Kamyabi dan Bang Oza, serta dipandu oleh Prof. Dr. Johannes Sapri. (09/05/2025)
Prof. Johannes membuka kegiatan dengan penuh semangat. Ia menekankan pentingnya semangat beragama sebagai landasan hidup mahasiswa. “Agama bukan beban, tapi sumber kekuatan. Kalau hati bersinar, hidup akan terarah,” tuturnya disambut antusias para peserta.
Bang Oza dalam paparannya mengajak mahasiswa untuk tidak lalai dalam menyiapkan diri sebagai pemimpin masa depan. “Ilmu penting, tapi jangan abaikan iman dan karakter. Dunia butuh pemimpin yang jujur, kuat, dan bertakwa,” ujarnya.
Sementara itu, Ustadz Saeed Kamyabi memberikan ceramah penuh makna yang menggugah kesadaran. Ia menjelaskan bahwa agama Islam sampai ke Sumatra bukan karena hanyut dibawa ombak atau diterbangkan burung, melainkan karena dibawa oleh orang-orang yang meninggalkan negeri dan keluarganya demi dakwah.
“Mereka berkorban, menahan lapar dan menderita. Tapi setelah perjuangan, datang keberkahan. Begitulah proses dalam sebuah perjuangan, seperti kalian juga masuk kuliah bukan langsung S1, S2 atau S3, perlu proses, kadang lapar, harus, kurang tidur, dan lainnya,” jelasnya.
Beliau mengibaratkan perjuangan tersebut seperti petani yang membuka ladang: menebang pohon besar, membakar batang kayu, membersihkan belukar, mengolah tanah, menanam benih, menunggu waktu panen—dan panen pun belum tentu langsung untung. “Segalanya butuh proses dan kesabaran,” tegasnya.
Para mahasiswa terhenyak saat Ustadz Saeed membandingkan negeri-negeri sahabat yang gersang, kering kerontang, penuh batu dan padang pasir—namun masyarakatnya hidup sejahtera. Sementara Indonesia yang kaya raya dengan tanah subur, emas, minyak, batubara, ikan, dan mutiara justru masih berkutat dalam hutang dan kemiskinan. “Apa yang salah dengan negeri kita?” tanyanya retoris.
Beliau pun mengutip kalimat yang sering disampaikan Gubernur Bengkulu Helmi Hasan: “Salahnya itu karena gunung didaki, lautan diseberangi, tapi masjid dilewati.” Sebab itu, menurutnya, solusinya adalah memakmurkan masjid agar negeri pun dimakmurkan oleh Allah.
Menjelang akhir acara, Ustadz Saeed mengumumkan rencana besar: Ijtima Dunia yang akan digelar di Pantai Panjang, Kota Bengkulu, pada 28–30 November 2025. Kegiatan bertaraf internasional ini ditargetkan dihadiri lima juta jamaah dan para dai dari seluruh penjuru dunia. Seusai salat Ashar, Ustadz Saeed kembali menyerukan ajakan untuk persiapkan diri hadir dalam acara Tabligh Akbar Indonesia Berdo’a.
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk membangkitkan kesadaran spiritual mahasiswa UNIB, memperkuat karakter, dan menanamkan semangat dakwah serta tanggung jawab sosial sebagai bagian dari pengabdian kepada bangsa dan agama.
(Sangsaka)